PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR
Diklat
Di Tempat Kerja (DDTK)bagi GuruMadrasah di lingkungan Kementerian Agama Kota
Palopo
(Tanggal,
30 Mei s.d 05 Juni 2013)
OLEH
Drs.
Hamzah, M.Ag
Widyaiswara
Balai Diklat
Keagamaan Makassar
2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
..........................................................................
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.....................................................
B. Tujuan Penulisan ...................................................
C. Manfaat Buku Pedoman Pengembangan Bahan Ajar ...........
D. Ruang Lingkup
......................................................
Bab II BAHAN
AJAR
A.
Pengertian
...........................................................
B.
Mengapa Guru Perlu Mengembangkan Bahan Ajar .............
C.
Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
...................
D.
Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ...............................
E.
Jenis-jenis Bahan Ajar
.............................................
Bab III PENYUSUNAN BAHAN AJAR
A. Analisis Kebutuhan bahan Ajar ................................... B. Penyusunan Peta Bahan Ajar ..................................... C. Struktur Bahan Ajar ............................................... D. Penyusunan Bahan Ajar .......................................... E. Evaluasi dan Revisi ...............................................
Contoh Format Instrumen
Evaluasi Formatif Bahan Ajar
................
|
i
1
2
2
3
4
8
10
11
12
16
17
18
18
28
29
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai
konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah, dalam hal ini Menteri
Pendidikan Nasional, telah menerbitkan berbagai peraturan agar penyelenggaraan
pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) paling
tidak dapat memenuhi standar minimal tertentu. Berbagai standar tersebut
adalah: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses,
(4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana,
(6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian
pendidikan.
Dalam pencapaian
standar isi (SI) yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam
jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar
kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan
pendidikan tertentu secara tuntas. Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD,
maupun SKL yang diharapkan, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya,
antara lain standar proses dan standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Dalam PP nomor 19
tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi
pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara
lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan
demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu
sumber belajar.
Selain itu, pada
lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus
dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi
mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional,
berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan
bahan ajar.
Oleh karena itu, disamping sebagai
implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit
Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian tugas Subdirektorat
Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman
dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman
pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga
dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan bahan ajar.
B.
Tujuan
Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1.
Menjelaskan pentingnya bahan ajar dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMA.
2.
Menjelaskan konsep dasar bahan ajar.
3.
Mengemukakan berbagai jenis bahan ajar.
4.
Menjelaskan langkah-langkah penyusunan bahan ajar.
C.
Manfaat
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah
dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam
belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam
berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan
disajikan. Buku ini disusun dengan
harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan
bahan ajar, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas maupun
pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala
sekolah buku ini dapat dijadikan bahan pembinaan bagi guru yang mengalami
kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.
Kepala sekolah dalam kegiatannya sehari-hari juga
memerlukan bahan ajar sebagai alat bantu dalam melakukan promosi ataupun
presentasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan sekolah.
Bagi guru buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai rujukan dalam mengembangkan bahan ajar.
Dengan mempelajari buku ini diharapkan para guru di sekolah akan
mendapatkan informasi tentang pengembangan bahan ajar yang pada gilirannya para guru dapat mengembangkan bahan ajar
untuk membantu dirinya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu diharapkan guru juga akan
termotivasi untuk mengembangkan bahan ajar yang beragam dan menarik sehingga
akan menghasilkan satu kegiatan belajar mengajar yang bermakna baik bagi guru
maupun bagi peserta didiknya.
Pengembangan bahan ajar adalah merupakan tanggung jawab guru sebagai
pengajar bagi peserta didik di sekolah.
Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para
pembina pendidikan lainnya keberadaan buku pedoman ini pasti bermanfaat. Karena setiap pengawas harus mengetahui
berbagai hal yang dilakukan oleh guru, sehingga jika terdapat kesulitan yang
dialami oleh guru, pengawas dapat segera membantunya. Dengan membaca buku pedoman ini pengawas akan
mendapatkan pemahaman dan masukan-masukan tentang bahan ajar yang dapat
dikembangkan oleh guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian maka pengawas
akan mendapatkan bekal dalam melaksanakan tugas kepengawasan yaitu membina guru
dalam mengembangkan bahan ajar.
D.
Ruang Lingkup
Buku ini akan dikhususkan pada pembahsan tentang
bahan ajar cetak sebagai salah satu bentuk bahan ajar yang paling banyak
digunakan. Pembahasan akan mencakup:
1.
Pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di sekolah menengah atas.
2.
Berbagai jenis bahan ajar cetak yang dapat
dikembangkan.
3.
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar.
4.
Contoh sistematika bahan ajar.
BAB II
BAHAN AJAR
A.
Pengertian
Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan sesuai standard kompetensi lulusan,
diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis,
terpadu, dan tuntas (mastery learning).
Pada pendidikan menengah umum, di samping
buku-buku teks, juga dikenalkan adanya lembar-lembar pembelajaran
(instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain: lembar
tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information
sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang
digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar
(teaching material).
Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai
kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang
tepat. Dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) diharapkan siswa
dapat menguasai kompetensi-kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan
belajarnya. Untuk itu bahan ajar hendaknya disusun agar siswa lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran mencapai
kompetensi.
Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk
maksud yang sama namun sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda,
yakni sumber belajar dan bahan ajar. Untuk itu, maka berikut ini akan
dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian sumber belajar dan bahan ajar.
1.
Pengertian Sumber Belajar
Sering kita dengar istilah sumber belajar
(learning resource), orang juga banyak yang telah memanfaatkan sumber belajar,
namun umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber
belajar. Padahal secara tidak terasa apa
yang mereka gunakan, orang, dan benda tertentu adalah termasuk sumber
belajar.
Sumber belajar dalam website bced didefinisikan sebagai berikut: Learning resources are defined as
information, represented and stored in a variety of media and formats, that
assists student learning as defined by provincial or local curricula. This
includes but is not limited to, materials in print, video, and software
formats, as well as combinations of these formats intended for use by teachers
and students. http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/
asleares.htm January 28, 1999.
Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan
dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai
perwujudan dari kurikulum. Bentuknya
tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau
kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru.
Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik,
dan latar (Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
untuk Pembelajaran, makalah, 2004)
Menurut Association for
Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar
adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara
terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar
dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Dengan demikian maka sumber
belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda,
dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta
didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a.
Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana
saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka
tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber
belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat
pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.
b.
Benda yaitu segala benda yang memungkinkan
terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat
dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan
lainnya.
c.
Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian
tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan
dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi,
polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d.
Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks
tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk
belajar.
e.
Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara
mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya
buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
f.
Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya
peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat
menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta
didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan
yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika
tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku
hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa.
2.
Pengertian Bahan Ajar
Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di
atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material
atau bahan.
Menurut University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA pada website-nya, WebPage
last updated: August 1998, Teaching
is defined as the process of creating and sustaining an effective environment
for learning.
Melaksanakan
pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan
suatu lingkungan belajar yang efektif.
Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu:
Books can be used as reference material, or they can be used as paper weights, but they cannot teach.
Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot.
Dalam website Dikmenjur
dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi
pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif
mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c.
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil
pembelajaran.
Pendapat lain mengatakan sebagai berikut;
Definition of teaching material
They
are the information, equipment and text for instructors that are required for planning and review upon training implementation. Text and training equipment are included in
the teaching material.( Anonim dalam Web-site)
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan
guru/instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National
Center for Vocational Education
Research Ltd/National
Center for Competency
Based Training).
Pengelompokan bahan ajar menurut
Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education
Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut :
Integrated
media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their
programs under the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open University respectively).
http://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http://
tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie
et des Sciences de l’Education Université de Genève.
Media tulis, audio visual, elektronik, dan
interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang
berarti media terintegrasi) atau mediamix.
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan
menjadi tiga besar, pertama auditiv
yang menyangkut radio (Rundfunk),
kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte). Kedua yaitu visual (visuell) yang menyangkut Flipchart,
gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis
dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung). Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang
menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan
gambar (Tonbildschau),dan film/video.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan
bahwa bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk
belajar.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
a.
Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
b.
Kompetensi yang akan dicapai
c.
Content atau isi
materi pembelajaran
d.
Informasi pendukung
e.
Latihan-latihan
f.
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g.
Evaluasi
h.
Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
B.
Mengapa guru perlu
mengembangkan Bahan Ajar?
Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk
mengembangkan bahan ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan
kurikulum, karakteristik sasaran, dan
tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan
tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus
sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard
kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk
mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para
pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk
mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung
kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar
pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi
tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang
dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum tidak ada ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri
adalah suatu keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi
dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun
pengetahauan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang
ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari
buku-buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang
sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu
mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak
membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk
menjadi pedoman bagi siswa.
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran.
Bahan ajar yang dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa
kita. Ada sejumlah alasan ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial,
geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri
dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial,
budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan
siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll.
Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa sebagai sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat
menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat
sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya
ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi
karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan
ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran
yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu
siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan
gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat
dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa,
sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
C.
Tujuan dan Manfaat Penyusunan
Bahan Ajar
1.
Tujuan
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
a.
Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik dan setting atau
lingkungan sosial siswa.
b.
Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan
ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c.
Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2.
Manfaat
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila
seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang
sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku
teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga,
bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai
referensi, keempat, menambah khasanah
pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran
yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya
kepada gurunya.
Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat
lain, misalnya tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit
ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi,
maka siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih
menarik. Siswa akan lebih banyak
mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru.
Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasainya.
D.
Prinsip Pengembangan Bahan
Ajar
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan
prinsisp-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk
memahami yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep
tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret,
sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep
pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat
di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara
tentang berbagai jenis pasar lainnya.
Pengulangan akan memperkuat
pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan
agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar
pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya
sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan
siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara
tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan
memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang
diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa.
Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu
benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri
pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar.
Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan
lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru
dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar
siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan
memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi
contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan
berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu
dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga
semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil
terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga
tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan
ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator
kompetensi.
Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus
mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai
kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita
akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang
dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi
kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat
pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota
tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja
yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa
jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan
dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut
dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan
meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar
tuntas.
E.
Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar
dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan
ajar dengar (audio) seperti
kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio
visual) seperti video compact disk, film. Bahan
ajar multimedia interaktif (interactive
teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact
disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan
dibahas tentang bahan ajar cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada
buku pedoman tersendiri.
1.
Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai
bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun
secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang
dikemukakan oleh Steffen Peter
Ballstaedt, 1994 yaitu:
a.
Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi,
sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik
bagian mana yang sedang dipelajari
b.
Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
c.
Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat
dipindah-pindah secara mudah
d.
Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan
kreativitas bagi individu
e.
Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di
mana saja
f.
Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca
untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g.
Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah
dokumen yang bernilai besar
h.
Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak,
antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.
a.
Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh
seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given.
Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari
beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan
materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout
dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari
internet, atau menyadur dari sebuah buku.
b.
Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat
dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi
pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai
fiksi. Menurut
kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai:
Book is number of sheet of paper, either
printed or blank, fastened together in a
cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang
dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil
analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang
baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar
dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai
dengan ide penulisannya. Buku pelajaran
berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk
belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan
seterusnya.
c.
Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul
berisi paling tidak tentang:
·
Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru)
· Kompetensi yang akan dicapai
· Content atau isi materi
· Informasi pendukung
· Latihan-latihan
· Petunjuk kerja, dapat berupa
Lembar Kerja (LK)
· Evaluasi
· Balikan terhadap hasil
evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik
dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan
seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih
cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik
lainnya. Dengan demikian maka modul
harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
d.
Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk,
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.
Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan
dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan
buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta
didik dapat berupa teoritis dan atau
tugas-tugas praktis. Tugas teoritis
misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk
dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis
dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang
harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi
guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar
secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus
memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD
dikuasai oleh peserta didik.
e.
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai
suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri
atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi
keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus
besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang
harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang
menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak
terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah
menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f.
Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched
(Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat
menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan
menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet
sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik
untuk menguasai satu atau lebih KD.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya
berupa bagan siklus/proses atau grafik
yang bermakna menunjukkan posisi tertentu.
Agar wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart
didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori
alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka
wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki
kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik,
diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart
tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik
dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja
diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau
serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann
dalam buku Lehren mit Bildmedien
menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada
membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari
mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus
dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara
menggunakannya dan atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki
kriteria sebagai berikut:
·
Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat
dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar
yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
·
Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si
pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.
·
Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses
pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai
gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.
BAB III
PENYUSUNAN
BAHAN AJAR
A.
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan
tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis
terhadap SK-KD, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan
ajar. Analisis dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
1.
Analisis SK-KD
Analisis SK-KD dilakukan untuk menentukan
kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini
akan dapat diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu
semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih. Berikut diberikan
contoh analisis SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar.
Contoh: Analisis SK-KD
Mata Pembelajaran : Kimia
Kalas : X
Semester : 2
Standar Kompetensi : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan,
metode pengukuran dan terapannya
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Materi Pembelajaran
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Jenis
B. Ajar
|
·
Menguji daya hantar listrik berbagai larutan untuk
membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit
|
·
Merancang percobaan uji elektrolit
·
Menyimpulkan ciri-ciri hantaran arus lsitrik dalam berbagai larutan
berdasarkan hasil pengamatan
|
·
Larutan elektrolit dan non elektrolit
·
Ciri-ciri elektrolit dan non elektrolit
·
...........dst
|
·
Menyusun rancangan percobaan untuk mengidentifikasi
larutan elektrolit dan non elektrolit
·
Diskusi informasi tentang hasil rancangan percobaan.
·
Melakukan percobaan daya hantar listrik untuk
menentukan ciri-ciri larutan yg
bersifat elektrolit dan non elektrolit
|
Buku, LKS
LKS
|
Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis
di atas, jenis bahan ajar dapat diturunkan
dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar diuraikan akan
semakin mudah guru menentukan jenis bahan ajarnya. Jika analisis dilakukan
terhadap seluruh SK, maka akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus
disiapkan oleh guru.
2.
Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan
penyusunan bahan ajar perlu dilakukan analisis.
Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan
dalam memanfaatkannya. Caranya adalah
menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.
3.
Pemilihan dan Penentuan Bahan
Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat
membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai
dengan kebutuhan dan kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh peserta
didik. Jenis dan bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar
analisis kurikulum dan analisis sumber bahan sebelumnya.
B.
Penyusunan Peta Bahan Ajar
Peta kebutuhan bahan ajar disusun setelah
diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan melalui analisis
kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan bahan ajar sangat diperlukan guna
mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan bahan
ajarnya seperti apa. Sekuensi bahan ajar
ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Di samping itu peta
dapat digunakan untuk menentukan sifat bahan ajar, apakah dependen (tergantung)
atau independen (berdiri sendiri). Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang
ada kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, sehingga
dalam penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau
saling mempersyaratkan. Sedangkan bahan
ajar independen adalah bahan ajar yang berdiri sendiri atau dalam penyusunannya
tidak harus memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar yang lain.
C.
Struktur Bahan Ajar
Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan
dalam strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna
mengetahui perbedaan-perbedaan dimaksud dapat dilihat pada matrik berikut ini:
Bahan Ajar Cetak (Printed)
No.
|
Komponen
|
Ht
|
Bu
|
Ml
|
LKS
|
Bro
|
Lf
|
Wch
|
F/Gb
|
Mo/M
|
1.
|
Judul
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
2.
|
Petunjuk belajar
|
-
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3.
|
KD/MP
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
**
|
**
|
**
|
4.
|
Informasi pendukung
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
**
|
**
|
**
|
|
5.
|
Latihan
|
-
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6.
|
Tugas/langkah kerja
|
-
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
**
|
**
|
|
7.
|
Penilaian
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
**
|
**
|
**
|
Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar
Kegiatan Siswa, Bro:Brosur, Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M:
Model/Maket
D.
Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar
kegiatan siswa (LKS), modul, brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar, Model/Maket. Dalam menyusun bahan yang
perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus
berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di
samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
- Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
- Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.
- Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
- Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
- Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).
a.
Handout
Istilah handout memang belum ada padanannya dalam
bahasa Indonesia. Handout biasanya
merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar
lainnya atau penjelasan dari guru. Steffen-Peter Ballstaedt mengemukakan dua fungsi dari handout yaitu:
· Guna membantu pendengar agar
tidak perlu mencatat.
· Sebagai pendamping penjelasan
si penceramah/guru.
Sebuah handout harus memuat paling tidak:
· Menuntun pembicara secara
teratur dan jelas
· Berpusat pada pengetahuan
hasil dan pernyataan padat.
· Grafik dan tabel yang sulit
digambar oleh pendengar dapat dengan mudah didapat.
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa
handout disusun atas dasar KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka handout harus diturunkan
dari kurikulum. Handout biasanya
merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam
belajar untuk mencapai kompetensinya.
Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai
berikut:
·
Melakukan analisis kurikulum
·
Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan
materi pokok yang akan dicapai.
·
Mengumpulkan referensi sebagai bahan
penulisan. Upayakan referensi terkini
dan relevan dengan materi pokoknya.
·
Menulis handout, dalam menulis upayakan agar
kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan
jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraf
usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja.
·
Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca
ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.
·
Memperbaiki handout sesuai dengan
kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
·
Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya
materi handout misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
b.
Buku
Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu
yang menjadi buah pikiran dari seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang
digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang
tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar
bagi peserta didik yang mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang
penulisan, definisi/ pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang
lingkup pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas,
contoh-contoh yang diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya,
berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang
guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut:
·
Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya
·
Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai
dengan SK yang akan disediakan bukunya.
·
Merancang outline buku agar isi buku lengkap
mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.
·
Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan,
upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan
kajiannya.
·
Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian
kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA
upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per
kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7
kalimat.
·
Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara
membaca ulang. Jika ada kekurangan
segera dilakukan penambahan.
·
Memperbaiki tulisan
·
Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat
memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
c.
Modul
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan
secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang
fasilitator/guru. Dengan demikian maka
sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi
guru. Kalau guru memiliki fungsi
menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa
yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
usianya.
·
Penulisan bahan ajar modul
Dalam menulis bahan ajar khususnya modul terdapat
beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:
- Analisis SK dan KD
Analisis dimaksudkan untuk menentukan
materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar.
Dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat inti dari materi
yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa dan
hasil belajar kritis yang harus dimiliki oleh siswa (critical learning
outcomes) itu seperti apa.
- Menentukan judul-judul modul
Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau
materi pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Satu kompetensi dapat
dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar,
sedangkan besarnya kompetensi dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila
diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu
telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila diuraikan menjadi
lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya
menjadi 2 judul modul.
- Pemberian kode modul
Kode modul sangat diperlukan guna memudahkan dalam
pengelolaan modul. Biasanya kode modul merupakan angka-angka yang diberi makna,
misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS. (3) : Bahasa.
Kemudian digit kedua merupakan klasifikasi/kelompok utama kajian atau aktivitas
atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya jurusan IPA, nomor 1
digit kedua berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya.
- Penulisan Modul
Penulisan modul dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
* Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu modul merupakan spesifikasi
kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil
menyelesaikan modul tersebut. KD yang tercantum dalam modul diambil dari
pedoman khusus kurikulum 2004. Apabila
siswa tidak berhasil memiliki tingkah laku sebagai yang dirumuskan dalam KD
itu, maka KD pembelajaran dalam modul itu harus dirumuskan kembali. Dalam hal
ini barangkali bahan ajar yang gagal, bukan siswa yang gagal. Kembali pada
terminal behaviour, jika terminal behaviour diidentifikasi secara tepat, maka apa
yang harus dikerjakan untuk mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula.
Contoh Rumusan KD yang harus
dikuasai:
Anda mampu menguji daya
hantar listrik berbagai larutan untuk membedakan larutan elektrolit dan non
elektrolit hasilnya memenuhi kriteria sebgai berikut:
1) Ada
rancangan percobaan elektrolit .
2) Terdapat
kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan
hasil pengamatan.
3) Mengelompokkan
larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat
hantaran listriknya.
4) Menjelaskan
penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
5) Menjelaskan
bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
* Menentukan alat evaluasi/penilaian
Criterion items adalah sejumlah pertanyaan
atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
menguasai suatu KD dalam bentuk tingkah laku. Karena pendekatan pembelajarannya
yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya didasarkan pada
penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah menggunakan
pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan
KD yang akan dicapai sebelum menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan
benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh siswa.
Contoh evaluasi dari contoh
KD di atas:
No
|
(75% kriteria keberhasilan)*)
|
Ya
|
Tdk
|
1.
|
Ada rancangan percobaan elektrolit.
|
||
2.
|
Terdapat
kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan
hasil pengamatan.
|
||
3.
|
Mengelompokkan
larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat
hantaran listriknya.
|
||
4.
|
Menjelaskan
penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
|
||
5.
|
Menjelaskan
bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
|
||
Total
|
Catatan *) : Jika
75% dari ke-5 kriteria terpenuhi, maka dinyatakan lulus.
* Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD
yang akan dicapai. Materi modul akan sangat baik jika menggunakan
referensi–referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber
misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian. Materi modul tidak harus ditulis seluruhnya,
dapat saja dalam modul itu ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa
membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas
guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa
dapat melakukannya. Misalnya tentang
tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan
siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.
Kalimat yang disajikan tidak terlalu panjang. Bagi siswa SMA upayakan untuk
membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per-kalimat dan
dalam satu paragraf 3–7 kalimat.
Gambar-gambar yang sifatnya mendukung isi materi
sangat diperlukan, karena di samping memperjelas penjelasan juga dapat menambah
daya tarik bagi siswa untuk mempelajarinya.
* Urutan pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk
menggunakan modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut
dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa
diarahkan kepada hal-hal yang harus dikerjakan
dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa tidak perlu
banyak bertanya, guru juga tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau dengan
kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.
* Struktur bahan ajar/modul
Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi
yang akan disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan
dilakukan. Secara umum modul harus memuat
paling tidak:
- Judul
- Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
- Kompetensi yang akan dicapai
- Informasi pendukung
- Latihan-latihan
- Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
- Evaluasi/Penilaian
d.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar
kegiatan siswa akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu
penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,
informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang
harus dikerjakan.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
·
Analisis
kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan
materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan
materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari
materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.
·
Menyusun
peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang
harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS
ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber
belajar.
·
Menentukan
judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan
sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan
besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam
materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat
dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4
MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul
LKS.
·
Penulisan
LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
- Perumusan
KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari
dokumen SI.
- Menentukan alat Penilaian
Penilaian dilakukan
terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajar-an yang digunakan adalah kompetensi, dimana
penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang
cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan
demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
- Penyusunan Materi
Materi LKS
sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa
informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan
dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih
kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa
membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas
guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa
dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara
jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan
berapa lama.
- Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
* Judul
* Petunjuk belajar (Petunjuk siswa)
* Kompetensi yang akan dicapai
* Informasi pendukung
* Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
* Penilaian
e.
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai
suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri
atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang
berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi
(Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar,
brosur paling tidak memuat antara lain:
·
Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai
dengan besar kecilnya materi.
·
KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari
SI dan SKL.
·
Informasi pendukung dijelaskan secara jelas,
padat, menarik memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan
pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA
upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per
kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
·
Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku
tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat
diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.
·
Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya
dari tugas yang diberikan.
·
Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat
memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
f.
Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched
(Webster’s New World, 1996). Leatlet adalah bahan cetak
tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet
didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar
juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai
satu atau lebih KD.
Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan
membuat brosur, bedanya hanya dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi
leaflet dapat dilihat pada brosur di atas. Leaflet biasanya ditampilkan dalam
bentuk dua kolom kemudian dilipat.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya
berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi
tertentu. Misalnya tentang siklus
makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari suatu
kegiatan laboraturium. Dalam
mempersiapkannya wallchart paling
tidak berisi tentang:
·
Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai
dengan besar kecilnya materi.
·
Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart
tidak terlalu banyak tulisan.
·
Informasi pendukung dijelaskan secara jelas,
padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan atau siklus.
·
Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain,
misalnya berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar
dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan siswa untuk menggambar
atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
·
Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya
dari tugas yang diberikan.
·
Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat
memperkaya materi misalnya buku,
majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik
dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja
diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau
serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD.
Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar
dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
·
Judul diturunkan dari KD atau
materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto, maka judulnya
dapat ditulis dibaliknya.
·
Buat desain tentang foto/gambar yang dinginkan
dengan membuat storyboard. Storyboard
foto tidak akan sebanyak untuk video/film.
·
Informasi pendukung diambilkan dari storyboard
secara jelas, padat, menarik ditulis dibalik foto. Gunakan sumber lain yang
dapat memperkaya materi misalnya foto, internet, buku. Agar foto enak dilihat dan memuat cukup
informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling tidak 20-R.
·
Pengambilan gambar dilakukan atas dasar
stroryboard. Agar hasilnya baik
dikerjakan oleh orang yang menguasai
penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang yang terampil
menggambar.
·
Editing terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang
yang menguasai substansi/isi materi video/film.
·
Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum
digandakan dilakukan penilaian terhadap program secara keseluruhan baik secara
substansi, edukasi maupun sinematografinya.
·
Foto/gambar biasanya tidak interaktif, namun
tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir
penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran bahasa Inggris siswa
diminta untuk menceritakan ulang secara oral tentang situasi dalam foto/gambar.
Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa
menceritakan ulang tentang foto/ gambar yang dilihatnya dalam bentuk tertulis.
Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
·
Penilaian dapat dilakukan terhadap penampilan
siswa dalam menceritakan kembali foto/gambar yang dilihatnya atau cerita
tertulis dari foto/gambar yang telah dilihatnya.
i.
Model/Maket
Model/maket yang didesain
secara baik akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan
meilhat benda aslinya yang berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan
lebih mudah dalam mempelajarinya. Misalnya dalam pembelajaran biologi siswa
dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalui sebuah model.
Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda yang
dilihat memiliki besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat
juga dengan skala yang lebih kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat
modelnya. Bahan ajar semacam ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus
dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran maupun
siswa dalam belajar. Dalam memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar
harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai acuannya.
·
Judul diturunkan dari kompeternsi dasar atau
materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
·
Membuat rancangan sebuah model yang akan dibuat
baik substansinya maupun bahan yang akan digunakan sebagai model.
·
Informasi pendukung dijelaskan secara jelas,
padat, menarik pada selembar kertas. Karena tidak mungkin sebuah model memuat
informasi tertulis kecuali keterangan-keterangan singkat saja. Gunakan berbagai
sumber yang dapat memperkaya informasi misalnya buku, majalah, internet, jurnal
hasil penelitian.
·
Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model
atau maket dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan untuk
membuatnya. Bahan yang digunakan tentu
saja disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kemudahan dalam mencarinya.
·
Tugas dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah
model, dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar
kertas lain, misalnya berupa tugas menjelaskan secara tertulis tentang misalnya
untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung bagi kehidupan manusia. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
·
Penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban
lisan atau tertulis dari pertanyaan yang
diberikan.
E.
Evaluasi dan Revisi
Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya
yang perlu Anda lakukan adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada
hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada siswa secara terbatas.
Respondenpun bisa anda tentukan apakah secara bertahap mulai dari one to one, group, ataupun class.
Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:
1.
Kesesuaian dengan SK, KD
2.
Kesesuaian dengan perkembangan anak
3.
Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4.
Kebenaran substansi materi pembelajaran
5.
Manfaat untuk penambahan wawasan
6.
Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai
sosial
Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:
1.
Keterbacaan
2.
Kejelasan informasi
3.
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik
dan benar
4.
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien
(jelas dan singkat)
Komponen Penyajian antara lain mencakup:
1.
Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
2.
Urutan sajian
3.
Pemberian motivasi, daya tarik
4.
Interaksi (pemberian stimulus dan respond)
5.
Kelengkapan informasi
Komponen Kegrafikan antara lain mencakup:
1.
Penggunaan font; jenis dan ukuran
2.
Lay out atau tata letak
3.
Ilustrasi, gambar, foto
4.
Desain tampilan
Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda
kembangkan ke dalam format instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah
sebagai berikut:
Contoh Format Instrumen
Evaluasi Formatif Bahan Ajar
INSTRUMEN
EVALUASI FORMATIF
Judul
Bahan Ajar : ...........
Mata
Pelajaran : ...........
Penulis : ...........
Evaluator : ...........
Tanggal : ...........
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada
kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
No
|
Komponen
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
KELAYAKAN ISI
|
||||||
1
|
Kesesuaian dengan SK, KD
|
|||||
2
|
Kesesuaian dengan kebutuhan
siswa
|
|||||
3
|
Kesesuaian dengan kebutuhan
bahan ajar
|
|||||
4
|
Kebenaran substansi materi
|
|||||
5
|
Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan
|
|||||
6
|
Kesesuaian dengan
nilai-nilai, moralitas, sosial
|
|||||
KEBAHASAAN
|
||||||
7
|
Keterbacaan
|
|||||
8
|
Kejelasan informasi
|
|||||
9
|
Kesesuaian dengan kaidah
Bahasa Indonesia
|
|||||
10
|
Penggunaan bahasa secara
efektif dan efisien
|
|||||
SAJIAN
|
||||||
11
|
Kejelasan tujuan
|
|||||
12
|
Urutan penyajian
|
|||||
13
|
Pemberian motivasi
|
|||||
14
|
Interaktivitas (stimulus
dan respond)
|
|||||
15
|
Kelengkapan informasi
|
|||||
KEGRAFISAN
|
||||||
16
|
Penggunaan font (jenis dan
ukuran)
|
|||||
17
|
Lay out, tata letak
|
|||||
18
|
Ilustrasi, grafis, gambar,
foto
|
|||||
19
|
Desain tampilan
|
Komentar/saran evaluator:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
|
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran. http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8629784517340498332#editor/target=post;postID=8322535093430411241;onPublishedMenu=template;onClosedMenu=template;postNum=0;src=link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar